blog diaper murah

blog diaper murah
distributor gg

Sunday, September 25, 2005

Rindu Ramadhan

Rindu Ramadhan
Tak terasa hari yang kita lalui mengantarkan kita kembali ke bulan sya'ban. Kemudian Ramadhan. Bulan yang sama seperti tahun lalu. Dimana banyak orang yang beramai ramai memenuhi masjid, berpuasa, ber zakat dan amalan lain.
Akankan ramadhan - ramadhan saudara-saudaraku sama dengan yang telah lalu???
Mungkin bagi saudara yang saat ini memiliki keluarga baru, misal telah menikah, atau mempunyai anak, atau
telah bekerja, suasana ramadhan itu takkan sama..
Bagaimana dengan yang di luar itu. :)
Apakah ramadhan ini kita sambut dengan semangat yang sama, atau lebih atau tidak ada semangat karena seperti bulan ramadhan tahun- tahun yang lalu (naudzubillah). HArus kita tekadkan dalam hati, harus ada bekas ramadhan kita.
Ramadhan bukanlah training dimana kita musti belajar berpuasa , belajar beramal.. Ramadhan adalah
bulan perlombaan saudaraku, dimana pahala diobral di bulan ini, dimana maghfirah ALLAH, pengampunan ALLAH diberikan kepada hamba-hambaNYA. Akankah kita lewatkan kesempatan ini???.

Yang mungkin ini kesempatan terakhir kita, dan esok kita tidak menemui syahrul mubarak ini????Karena jatah umur kita telah habis.
Selama ramadhan,ghibah (ngerumpi) kita tahan, marah kita tahan, nafsu kita tahan, kepekaan sosial kita
tingkatkan,tapi apakah setelah ramadhan semua akan kembali??
Kebiasaan rumpi akan berlanjut, marah berlanjut, majelis taklim mulai jarang pengunjung, masjid mulai sepi...
Tidak, harus ada bekas setelah ramadhan, itulah artinya kita telah lulus dalam menjalani syahrul mubarak ini.

Tenangnya hati dibulan ini, dimana melihat semua orang berdzikir, pemandangan yang indah melihat masjid kian penuh, pemandangan yang menentramkan karena banyak orang berbondong bondong ke majelis taklim, dan pendengaran dan penglihatan yang menyejukkan hati kala banyak orang membaca AL Quran.

Semoga semua ini berbekas walau ramadhan telah lewat.
Rindu kita akan ramadhan, Semoga ramdhan ini kita lalui dengan sebaik baik amalan.8 hari lagi ramadhan, semoga kita siap dalam menjalaninya
:)

NB : "Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (S.al-Baqarah:183)

Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah:"Wahai orang-orang yang beriman" dan disudahi dengan:" Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa."Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.

Friday, September 23, 2005

Ngejomblo Itu Nikmat, Jenderal!!!



Sungguh indah menikmati masa pernikahan tanpa diawali dengan pacaran, karena pacaran bisa dilakukan setelah nikah dilangsungkan. Indah itulah rasanya. Semoga ALLAH menjaga nikmat ini semua.

Kenangan berjomblo seumur hidup dan berakhir saat seorang datang untuk menikahin adalah sesuatu yang indah. Jangan merasa jomblo sesuatu yang sangat menyedihkan, alhamdulillah selama jomblo masih banyak kebahagiaan lain yang saya peroleh. Terutama kebahagiaan bersama teman-teman seperjuanganku, at my beloved campus..

Terimakasih telah menjadi teman2ku dan membuat kejombloanku bukan suatu yang perlu disesali dan terima kasih untuk suamiku yang memilihku sebagai istri dengan proses yang baik.

Artikel ini ditulis kembali oleh mumtaza annisa dan akan saya tampilkan kembali untuk saudara2 saya disini :)

07 May 2005, 20:04:26

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh



Hehehe, judulnya provokatif ya?! Bukannya mo "melawan" Jomblo itu pedih cuma yah buat perenungan diri aja di usia 23 ini. Habisnya begitu banyak "kompor" di sekitar yang bikin panas dan seolah–olah nyuruh segera mencari–cari pasangan. Untung tuh kompor nggak pada meledak.

Banyak orang yang katanya menyesal setelah menikah. Iya nyesel, kenapa nggak dari dulu. Hehehe J. Meski begitu, jomblo bukan berarti penderitaan. Buktinya banyak yang bangga dan bahagia dengan ke-jomblo-annya. Muncullah istilah Jojoba (Jomblo–jomblo Bahagia), Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Imut), Kejora (Kelompok Jomblo Ceria), dan Joker's (Jomblo Keren nan sukses). Yang nggak kalah keren ada istilah High Quality Jomblo.


Jomblo emang lagi naik daun (nggak tahu sebesar apa daunnya, sampe nggak jatoh). Sebagai seorang bolamania, Jomblo itu ibarat pemain yang bertipe oportunis, single fighter, tidak bergantung pada pemain lain, selalu punya kelebihan dalam melihat dan memanfaatkan sekecil apapun di pertahanan lawan untuk hasil terbaik. Kemandiriannya membuat si Jomblo selalu fokus pada tujuan permainan, dan tidak terpengaruh hal lain. Dia adalah motivator dan inspirator dari sebuah tim/komunitas. Bebas bergerak menjelajah lapangan tanpa terikat pada posisi. Mampu mengoptimalkan stamina, teknik, dan daya tahan dalam menghadapi permainan lawan. Memiliki visi permainan yang cerdas untuk mencapai kemenangan. Dia mampu melihat sanctuary yang tidak bisa dilihat oleh pemain lain. Dia dikenal dengan istilah FANTASISTA! (yang begini mungkin yang pantas disebut High Quality Jomblo).

Ngejomblo atau tidak sebetulnya sih buat Saya nggak begitu penting. Karena yang penting tuh bagaimana kita bersikap dan berbuat dengan status kita itu. Kalau kita menyikapinya dengan penuh rasa syukur, positif, kreatif, produktif dan aktif (termasuk aktif nyari… pasangan hehehe). Insya Allah kita akan bisa menikmatinya. Enjoy aja kalo kata iklan mah! Percaya deh dengan begitu jomblo jadi hal yang nggak menakutkan lagi buat kita. Kita kan bisa lebih melihat lebih jauh ke depan dan lebih banyak sisi–sisi positif Jomblo.


Kalau orang bijak bilang, lihat ke-Jomblo-an sebagai peluang, bukan sebagai hambatan (hehehe, emang bisnis?!). Buang keluh kesah, terima ia sebagai sebuah nikmat lalu bersyukurlah, dan jangan pernah berhenti berharap. Sampai nanti tiba di batas waktu. Karena bicara soal cinta itu biacara sebuah hal yang indah dan rumit serta kompleks. Cinta itu sebagian orang bilang berwajah ganda. Di satu sisi menyimpan kebahagiaan tapi di sisi lainnya menyembunyikan penderitaan. Madu dan racun bersatu padu dalam cinta.

Cinta memang bukan virus (hehe, pinjam judul bukunya Mbak Jazhiem). Tapi salah seorang sahabat terbaik saya bilang bahwa orang jatuh cinta itu ibarat bermain judi, gambling. Filosofis banget ya. Menurutnya, ketika kita mencintai seseorang kita siap untuk bertaruh seberapa besar yang kita berikan kepada orang yang kita cintai itu. Jika kita memberikan segalanya, maka kita pun harus siap untuk kehilangan segalanya jika ternyata kita gagal. Dan jika kita hanya berikan bagian demi bagian maka jika gagal kita tidak akan kehilangan segalanya. Dan itu adalah pengalaman hidupnya saat ia memutuskan untuk jatuh cinta, memberikan segalanya dan akhirnya gagal. Eh koq jadi jauh banget nyasarnya.

Balik lagi ke masalah per-jomblo-an. Jangan sampai status ke-jomblo-an kita bikin kita jadi jadi "mutung", apalagi ketika melihat adik–adik kelas atau adik tingkat dan sejenisnya yang usianya dibawah kita udah nggak jomblo lagi. Hingga ujung–ujungnya kita "banting harga", ngobral. Sampe ada istilah 3 siapa dalam mencari jodoh. Usia under 25, "Siapa elo?". Usia 25–30 tahun, "Siapa gue ya?". Hingga akhirnya, "Siapa aja deh!" ketika usia dah masuk kepala tiga.

Buanglah gelisah, hapuslah resah dan jangan gundah dengan ke-jomblo-an kita. Lihat ia sebagai bagian dari rencana Allah untuk hidup kita. Percaya deh kita bisa tetap happy menikmati hari–hari sepi sendiri. Kita percayakan bahwa jodoh memang ada di tangan Allah. Meski sebetulnya pepatah itu juga bermakna bahwa : walaupun kita sudah berusaha sangat keras sekali nguber, ngejar, sampai ngelamar tapi kalau bukan jodoh ya nggak akan jadi. Tapi sebaliknya, kalau kita nggak mau berusaha, nggak mau membuka diri, atau istilah sepakbolanya menunggu di daerah pertahanan, ya nggak bakal dapat juga. "Jodoh kita akan terus ada di tangan Allah" kalau kita nggak usaha. Khan nggak mungkin tahu–tahu ada seseorang yang sesuai kita inginkan datang dan mengatakan, "Nikah, yuk!".

Begitulah hidup, nggak semuanya bisa dijelaskan dengan logika. Otak kita memiliki batas kemampuan untuk mengungkap semua keajaiban alam semesta yang maha sempurna ini. Ada banyak hal dalam hidup ini yang hanya bisa kita terima tanpa reserve. Itu adalah rahasia Ilahi Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Kalau suatu keadaan itu memang tidak dapat kita ubah, misalnya kasus Jomblo ini, ya kita terima saja. Itu berarti jalan terbaik menurutNYA buat kita meski menurut kita belum tentu. Tapi DIA Maha Mengetahui yang terbaik buat hambaNYA. Toh gerundelan, uring–uringan, marah–marah, bahkan pake acara ngambek segala nggak ada gunanya.


Mengalir sajalah, lakukan yang terbaik, semampu kita dengan seoptimal mungkin. Soal hasil akhir, itu kita serahkan pada Yang Maha Mengetahui. Yang penting kita udah do the best. Melawan "arus" cuma bikin capek sendiri dan menimbulkan "riak–riak" baru dalam hidup kita. Bukan berarti pasrah dan diam tapi seperti burung yang terbang mengikuti arah angin, tapi tetap mengepakkan sayapnya. Mengalirlah dengan aktif. Jangan buang–buang energi dengan hal yang merugikan diri dan orang lain apalagi masa depan kita. Just go with the flow!

Dunia jomblo nggak melulu kusam dan muram. Tergantung kita yang menjalaninya, mau kita beri "warna" apa. Dan semua itu berawal dari hati dan pikiran kita. Hati yang bersih penuh syukur dan pikiran cerdas yang jernih akan membuat kita produktif dalam "mewarnai" dunia jomblo kita. Coba kita salurkan ke hal-hal positif seperti produktif berwira usaha atau melakukan hal–hal lain yang bermanfaat bagi orang banyak. Mumpung masih lonely, kita masih punya konsentrasi yang banyak, waktu luang yang cukup dan sumber daya yang bisa kita optimalkan. Bukan berarti pas dah nggak jomblo nggak bisa produktif, tapi jelas kita akan membagi perhatian, tenaga dan waktu kita buat keluarga.

Nggak percaya?! Buktikan aja sendiri. Jomblo, berarti kita punya waktu untuk bisa lebih jauh mempersiapkan diri menghadapi kehidupan ke depan termasuk kehidupan berumah tangga. Karena menikah tuh nggak cuman sekadar memadu cinta, lho! Seribu hal baik menyenangkan maupun tidak, baik mudah maupun sulit menanti ketika kita memutuskan untuk menikah. Dan masa Jomblo bisa kita pergunakan untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Mempersiapkan ilmu, mental, jasmani, rohani hingga ekonomi. Termasuk rencana dan planning serta anggaran kehidupan.

So, jangan kecil hati kalau memang mesti ngejomblo. Apalagi sampai patah arang, patah hati sampe pengen matahin leher segala. Jangan, bro! cupet alias kerdil itu namanya. Dunia jomblo pun tak kalah indahnya koq. Asal kita nggak melihat dan menyikapinya negatif. Karena jomblo nggak berarti sendiri, toh yang jomblo banyak jadi kita nggak sendirian khan? So, "ngejomblo? Siapa takut!!!" (Syaheed Agung)




wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Wednesday, September 21, 2005

Aku Ingin Anak Lekakiku Menirumu

Sengaja saya adopsi sebuah cerita lagi untuk saya tampilkan dalam blog ini, cerita ini penuh hikmah. Dan saya ingin membaginya dengan saudara-saudariku. Semogakita dapat mengambil hikmah cerita ini dan mengamalkan nya.
Bagi saya, seorang anak terlahir bersih masih belum ada noda...

Aku Ingin Anak Lekakiku Menirumu
Rabu, 29 Juni 2005, 05:35 WIB

Sumber :
http://percikan-iman.com/modules.php?name=Artikelpilihan&op=detail_artikelpilihan&id=130


Ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada ayahnya: "Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!" Suamiku menjawab: "Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak

lelaki ingin seperti aku." Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa.

Ketika bayi kecilku berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan mengkhatamkan Al Quran di rumah Lalu kubilang pada suamiku: "Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah." Suamiku menatap padaku seraya pelan berkata: "Oh ya. Ide bagus itu."

Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidak berapa lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa. Lalu ia menunjuk pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad. Kami berdua sangat bahagia dengan kehadirannya.

Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran matematika sederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago matematika. Ia kebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.

Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapi kami semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tiba ia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begitu berang, mungkin menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah terlalu besar untuk main kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan.

Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah, Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima. Sejak hari itu, Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak lagi suka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah.

Aku coba mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedang menyelesaikan papernya dan tak mau diganggu oleh urusan seremeh itu, katanya.

Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah, pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu. Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu: "Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!"

Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu. "Salahmu. Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!"

Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di hatiku. Ada yang mencemaskan aku. Cucuku pulang ke rumah, bulan berlalu.

Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu. Ahmad kecil sedang digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah sambil berteriak menghentak, "Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!" Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.

Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini, segera membersihkan dirinya di kamar mandi.

Aku, wanita tua, ruang dan waktu kurajut dalam pedih duka seorang istri dan seorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di dada ini. Pecahlah tangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya.

Aku rebut koran di tangan suamiku dan kukatakan padanya: "Dulu kau hempaskan Ahmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkak di punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuk sekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya sendiri!"

Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam.

Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi. Engkau membopong cucu-cucumu di punggungmu, engkau bermain berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang anak yang burung peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkata ketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu, "Bekas najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang putus di kepalanya?"

Aku memandang suamiku yang terpaku. Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam. Kupandangi keduanya, berlinangan air mata. Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?

Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepada Ahmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak merasakan sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.

Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua, "Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampu mewariskan apa-apa: kecuali Cinta. Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan. Lakukanlah, untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dan sayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian, bukan hanya pelajaran untuk menjadi jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.

Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka. Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua terpaku di tempatnya. Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang: "Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang."

Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama, bergantian menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan si bayi sambil tertawa-tawa berdua, membuka kisah-kisah lama mereka yang penuh kabut rahasia, dan menemukan betapa sesungguhnya di antara keduanya Allah menitipkan perasaan saling membutuhkan yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan.

Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.

Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu. Kelak, jika aku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata: Ya, Nabi. aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu!

Amin, alhamdulillah

a Butterfly's lesson :)

Untuk saudaraku yang ingin / yang akan menikah

Hani (24 th) akhir-akhir ini sering resah sendiri, apa yang dilakukannya sering menjadi serba salah, bahkan untuk hal-hal yang rutin dikerjakannya pun tak luput dari kesalahan. Hani juga jadi lebih sensitif, ada hal kecil saja yang tak berkenan di hatinya sudah dapat membuat ia sedih dan menangis. Tentu saja keadaan ini tidak membuat ia merasa nyaman terhadap dirinya sendiri. Usut punya usut, ternyata Hani sebentar lagi akan menikah, tepatnya sepekan lagi.Hani akan memasuki dunia baru, ia akan mengarungi bahtera rumah tangga. Persiapan sudah dilakukan, tempat sudah di booking jauh-jauh hari, undangan telah disebar, segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pernikahan sudah disiapkan dengan matang. Pendeknya, segala sesuatunya sudah beres, sisanya tinggal persiapan diri yang bersangkutan saja untuk menghadapi pernikahannya.

Sebetulnya Hani merasa telah mempersiapkan dirinya menghadapi pernikahan ini, tapi tak urung ia masih juga khawatir, apakah ia siap berbagi hidup bersama orang yang baru dikenalnya?
Apakah ia sanggup menjalankan amanah sebagai seorang istri lalu menjadi seorang ibu?
Hani teringat bahwa suatu hari ia pernah membaca sebuah buku yang di dalamnya diceritakan kisah tentang seorang wanita yang bertanya kepada Rasulullah SAW :
"Ya Rasulullah SAW, aku adalah seorang gadis yang ingin menikah, maka beritahukanlah kepadaku, apakah hak-hak suami terhadap istrinya agar aku dapat melaksanakannya? InsyaAllah".Rasulullah SAW yang mulia menjawab :
"Diantara hak suami atas istrinya adalah : Jika saja kaki suamimu terluka kemudian luka itu bernanah dan mengeluarkan bau busuk, kemudian engkau membasuhnya dengan wajahmu, maka engkau belum dianggap memenuhi semua hak suamimu. Dan kalau saja Allah membolehkanku untuk memerintahkan manusia sujud kepada manusia lain, sungguh aku perintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya".
Hani ingat, ketika itu ia sampai bergidik membacanya.Ia juga teringat akan pembahasan tentang istri sholihah dalam kajian yang sering diikutinya, sehingga membuatnya terus menerus berfikir, apakah ia mampu menjadi istri sholihah?
Hani memang punya tekad kuat untuk menjadi istri sholihat. Ia ingin pernikahannya menjadi ladang amal sholih baginya, dan untuk itu ia akan mengerahkan seluruh kemampuannya.Sebenarnya Hani tak perlu sampai khawatir begitu, sebab rasanya kita semua, baik yang belum menikah atau bahkan yang sudah menikah bertahun-tahun masih harus terus belajar dan berproses menjadi istri yang sholihah, dan proses itu tidak akan pernah berhenti selama kita masih menjadi seorang istri.
Memang sangat jauh lebih baik proses untuk menjadi istri yang sholeha dimulai jauh-jauh hari sebelum Allah SWT memberikan jodoh kepada kita.
Lalu ketika hari pernikahan sudah diambang pintu, apa yang seharusnya dilakukan...?

Pertama :
Lebih intensif mendekatkan diri kepada Allah SWT, dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.
Menikah adalah keputusan penting dalam kehidupan manusia. Siapapun tentunya tidak ingin salah dalam mengambil keputusan, apalagi keputusan itu menyangkut hal penting dalam hidupnya yaitu: "Pernikahan" Nah detik-detik menjelang "hari H" itu intensiflah bermunajat kepada Allah SWT, memohon kepada-Nya agar keputusan yang telah kita ambil itu benar-benar mendapat taufiq (persetujuan) serta ridho-Nya dan pernikahan ini menjadi keputusan terbaik dalam hidup kita.
Juga memohon bimbingan kekuatan, kemudahan dalam menjalani hidup berumah tangga, sehingga menjadi rumah tangga yang sakinah,mawaddah wa rahmah hingga akhir zaman.

Kedua : Berusaha untuk ikhlas dan senantiasa menjaga keikhlasan dalam kondisi apapun.
Ikhlas dalam konteks akan membangun rumah tangga adalah berusaha ikhlas menerima calon pasangan kita apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ingat, kita akan menikahi manusia, bukan malaikat. Betapapun tinggi tingkat ketaatan seseorang dalam beragama, bukan berarti dapat mengubahnya menjadi malaikat yang tak pernah berbuat salah. Siap menikah berarti siap untuk terus menjaga keikhlasan dalam menjalani semua kewajiban, konsekwensi, dinamika dan gelombang dalam berumah tangga.
Sehingga dalam menghadapi kondisi seberat apapun nantinya, sikap kita adalah melakukan perenungan kembali tentang niat awal kita menikah.
Apa sih niat saya menikahi dia?
Kenapa sih saya mau menikahi dia?
Dengan demikian kita senantiasa diingatkan bahwa ada yang harus selalu dijaga dalam pernikahan ini. Ia adalah keikhlasan itu sendiri. Dalam kerangka ini, insyaAllah pernikahan akan menjadi ibadah di sisi-Nya.

Ketiga : Menjaga kebersihan hati dan menghiasinya dengan adab-adab syar'i.
Ingat, sebelum prosesi aqad nikah dilangsungkan, status kita terhadap calon pasangan adalah non-mahram, yang berarti adab berinteraksi dengan calon pasangan adalah sebagai mana adab berinteraksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
Hal itu sangat penting disadari untuk menjaga kebersihan hati agar tidak tergoda untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh syar'i. Berkomunikasi dan berinteraksi tentu saja boleh, tidak mungkin orang yang akan menikah tidak berkomunikasi dan berinteraksi dengan calon pasangannya. Tapi berusahalah sedapat mungkin berkomunikasi dan berinteraksi sesuai dengan adab yang diperbolehkan syariat. Misalnya, musyawarah tentang persiapan menikah dilakukan di rumah, bersama oang tua kita, atau dapat dilakukan di rumah orang yang kita percaya, tentu saja dengan didampingi oleh tuan rumahnya. Hindari berkhalwat berdua dengan calon pasangan, ingat

"tidaklah seorang laki-laki dan perempuan berkhalwat melainkan ketiganya adalah syaitan". (Al-Hadits).

Hindari juga sms, telephon, email mesra dan lain-lain yang sejenis, yang kesemuanya dapat membuat hati kita menjadi kotor, berangan-angan dan jatuh dalam dosa. Jika kita menginginkan pernikahan yang akan kita jalani mendapatkan taufiq, inayah, berkah dan ridho Allah SWT, kita harus mengusahakan agar segala persiapan sedapat mungkin "bersih" sejal awal prosesnya.

Mudah-mudahan tiga hal ini dapat membantu kita lebih pandai menata dan menjaga hati, sehingga detik-detik menjelang pernikahan tidak perlu lagi menjadi detik-detik yang membuat resah dan gelisah, tetapi sebaliknya menjadi detik-detik yang penuh keindahan dan kemanisan munajat kepada Allah SWT, yang membuka dan menjadikan semua jalan menjadi mudah dan terang.
Amin.
Kemudian dapatlah setelah itu kita dengan keyakinan kepada Allah SWT, berkata kepada calon suami kita : "wahai calon suamiku, marilah kita naiki bahtera ini, mari kita kembangkan layarnya bersama-sama, kita hadapi gelombangnya tanpa rasa gentar.
Semoga Allah SWT bersama kita. (Kado untuk adik-adik yang akan menikah dan tentunya semua saudaraku) salam hangat..

[diambil dari sebuah milis]
little comment
Tentunya sangat susah memastikan hati apakah dia ("calon") adalah jodoh kita. Hanya ALLAH yang tahu. Kepastian, mintalah pada yang lebih PASTI dan mengetahui KEPASTIAN itu, ALLAH. Banyak pertanyaan yang datang pada ane, menanyakan bagaimana ane bisa yakin menikah dengan pria itu, yang alhamdulillah sekarang jadi suami saya, semua saya kembalikan ke sebuah niatan , menikah di jalan ALLAH dan karena ALLAH. Mengenai kesiapan, semua nya berproses, pasti berproses... Semoga kami juga bisa menjadikan rumah tangga kami , rumah tangga idaman. SAKINAH MAWADDAH WAROHMAH

Tuesday, September 20, 2005

little jundi

Kami hanyalah muslimah yang masih jauh dari sholehah yang hakiki dan seorang mujahidah, tapi itu adalah cita-cita kami, dan kami senantiasa mengibarkan jilbab ini dan membulatkan AZZAM tuk capai tujuan menjadi seorang wanita sholehah dan seorang mujahidah :)

Wednesday, September 14, 2005

Wallapeper


Wallpaper disamping ini bisa dipakai di desktop kalian. Wallpaper ini berisi nasihat-nasihat . Semoga bermanfaat ya.

Tak pernah hilang kepekaan kasihku untuk ibu

Bayi yang akan dilahirkan ke muka bumi bertanyapada Tuhan, "Ya Tuhan, aku sebentar lagi akanlahir ke bumi, tapi bagaimana aku bisa hidup disana sedangkan tubuhku ini begitu kecil dan rapuh?"
Tuhan menjawab sambil tersenyum, "Aku akanmenugaskan salah seorang bidadariKu untuk menemanidan menjagamu di sana."

"Tapi, sekarang ini aku hidup di surga. Tak adayang aku kerjakan selain bernyanyi dan bergembira.Aku hidup bahagia di sini."
"Janganlah sedih. Bidadarimu kelak akan bernyanyidan bermain-main bersamamu sepanjang hari. Ia akanmencurahkan cintanya padamu dan membuatmu bahagia."
"Tapi, bagaimana aku bisa bercakap-cakap denganorang-orang di sana bila aku tak tahu apa bahasamereka?"
"Oh, bidadarimu akan menceritakan cerita-ceritayang indah dan manis yang belum pernah kau dengar.Dengan penuh sabar dan kasih sayang bidadarimuakan mengajar kau berkata-kata dan berbicara"
"Lalu apa yang harus aku lakukan bila aku rindudan ingin berbicara padaMu, Tuhan?"
"Bidadarimu akan mengajarkan bagaimana kau bisaberdoa padaKu."
"Oh Tuhan, aku dengar di bumi banyak orang jahat.Lalu, siapakah yang akan melindungiku?"
"Bidadarimu akan membela dan melindungimu, meskiia harus mengorbankan nyawanya sendiri."
"Tapi, aku sedih karena aku tak bisa melihatMu lagi."
"Bidadarimu akan selalu bercerita tentang Aku danmengajarkan bagaimana kau bisa beribadah padaKu,meski sesungguhnya Aku selalu berada dekatmu. Jauhlebih dekat dari prasangkamu."
Waktu kelahiran semakin dekat. Ia harus segerameninggalkan surga yang damai. Tergesa-gesa iakembali bertanya, "Oh Tuhan, tak lama lagi akuakan pergi, mohon Kau berkenan memberitahu akusiapakah nama bidadariku itu?"
"Nama bidadarimu itu tak penting. Kelak kau akanmemanggilnya: IBU....."

Become a Great Mother

Buat apa kamu kuliah, jika akhirnya cuma ngurus anak aja ???? pernah perkataan itu terlontar dari seorang teman. Hanya senyum di wajah, ups tidak hanya senyum, tapi sebuah penjelasan. Apa semua orang menganggap kuliah itu untuk bekerja. Mungkin jika pikiran itu berada di semua orang, akan banyak tipe pekerja yang muncul dalam bumi. Padahal, kalo kita gali lebih dalam lagi, ada sebuah tipe yang tak kalah baiknya, yaitu pembentuk, pendidik.

Apa hubungan tipe terakhir yang saya sebutkan diatas dengan seorang ibu?? ada. Ibu merupakan madrasah pertama sang anak, kalo madrasah pertama saja tidak mempunyai pendidikan yang bagus , bagaimana nasib generasi depan kita. Yah mungkin beruntung kalo memiliki uang, sehingga bisa menitipkan pendidikan anak ke sekolah-sekolah yang berkualitas dan mahal. Tapi bagi yang ingin berhemat, langkah apa yang akan diambil??? Tidak, pikirku, insya ALLAh saya takkan melewatkan satu tahap pun dari pertumbuhan anakku kelak. Karena saya adalah seorang ibu, madrasah pertama sang anak.



Ingatlah saudariku :
ummu madrasatul uula Al
"Ibu adalah sekolah yang pertama (bagi anak-anaknya)".






Banyak yang dapat dari keluhan ibu-ibu. Yang mana anak ibu itu lebih pintar karena les macam-macam, dan ada juga yang pintar karena tidak di les kan macam-macam. Ada yang sayang dengan ibunya, ada yang kurang dekat dengan ibunya.
Mari kita tengok kembali bagaimana kondisi sang ibu, bagaimana dalam kondisi ini, ibu sangat berperan .

Kalo saya boleh berbagi sebuah kisah, tentang seorang ibu yang hamil. Selama ia hamil, tak henti hentinya ia mendidik anaknya. HAH.. mendidik?? anaknya belum lahir, bagaimana mendidiknya.
Dengan tak bosan-bosannya ia mendidik anak yang sedang di kandungnya, dengan
membacakannya buku. Dan anda tahu apa yang terjadi, setelah anak itu telah lahir dan
sekarang menginjak usia balita????? Anak itu dapat mengingat apa yang telah dibacakan sang ibu..
subhanallah, ransangan dari sang ibu sangat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya.

Dan masih banyak cerita - cerita lain dari para ibu yang tak bosan-bosannya saya
mendengarkan untuk saya pelajari. Belajar dan belajar, wahai kaum ibu, janganlah kita pernah berhenti untuk belajar dan menjadi pintar, karena kepintaran itu bukan hanya untuk bekerja tapi anakmu sangat
membutuhkan itu :).

Mungkin itu dulu yang saya tuliskan, tulisan yang masih miskin dengan ilmu, insya ALLAH sayaakan berusaha terus untuk belajar become a Great mother :)

Perang

"Wah saudari-saudariku, posisi anda tidak bagus. Bulan tampak terang, tepat di atas kalian.
Posisi kalian pasti mudah diketahui musuh."Peringatan mas'ul(ketua)ku sempat menggetarkan hati. "Ya Allah.. bisakah kami menunaikan ini semua"

"Bagaimana ini, kapan kita menyerang musuh", kata wiwin."Sekarang ukhti, musti sekarang.. jangan kita ulur waktu lebih banyak lagi", jawab ine."baik kita susun strategi sekarang juga", wiwin memimpin penyusunan.
Yah, pagi itu kami meghabiskan waktu kami.. di hutan. Sepi, gelap.. hanya terang bulan yang
membantu mata kami menunjuk jalan. Ya Rabbi, di kala semua orang tidur, di kala semua lelap
dan terbuai dengan mimpinya.. kami disini menunjukkan kemilitan kami dalam memperjuangkan
jalan-Mu.

"Ifah bagaimana denganmu??"tanya wiwin padaku. "Apa kau sakit?", lanjutnya.Ingin tak kuperlihatkan betapa sakitnya perut ini, tapi ternyata, wajahku tak bisa menyembunyikan sakit ini.
Sakit..sakit.. Anggukan pelan kutunjukkan pada mas'ul ku itu.
Subhanallah, kulihat senyum di wajahnya, bukan lemparan kemarahan lantaran alasanku ini.

"Ifah, anti disini aja. Kita jaga benteng ini", tegur wiwin.Enam orang menyerang dan mengintai musuh dan 4 orang lagi menjaga benteng, termasuk aku.
Seandainya, seandainya badan ini mendukung, mungkin ini cobaan dari-Mu ya Rabb. Padahal
ingin diri ini, maju menjadi garis depan. Menjadi mujahidah tangguh yang menumbangkan musuh. Tak tahan diri ini, duduk dan terdiam. Tak tahan diri ini, sementara saudari-saudariku berjuang teguh disana. Kulangkahkan kaki, walau gontai karena sakit. "harus.. harus kutahan sakit ini"

Di semak-semak aku bantu pengintaian.
"Ifah.. ifah... ", ine berteriak sewaktu melihatku" Musuh mendekat, musuh menipu kita. mereka datang.. banyak ifah, banyak."
"Ayo ukh, kita lihat. Bagaimana keadaan mereka."
Rasa itu.. sakit mulai hilang, azzamku untuk menunaikan tugas ini telah mengalahkan rasa sakit. Tidak kupedulikan lagi betapa sakitnya tadi, saat ini kekuatiran ku terhadap keselamatan saudari-saudariku mengalahkan itu semua.

"Azzamm... Azzam..Azzaammm."
"Azzamm, bantu kami azzam..
"Azzam, azzam adalah kode pasukan kecilku yang menandakan bahaya. "
"Ya Allah, ada apa dengan mereka"
Kulangkahkan kakiku turun dari benteng, menuju saudari-saudariku.
"Ya Allah kuatkan hamba-Mu ini, karena hanya engkaulah yang maha segala-Nya'
"Ine, gantikan posisiku. Ana akan maju"
"Ifah,.. hati-hati ukhti"
"Insya Allah, hanya Allah pelindungku"
Langkah menuju mereka kupercepat, aku tak ingin terlambat membantu mereka. Walau diri ini hanya seorang akhwat yang lemah, tapi tenaga, raga dan seluruh kemampuan ini akan kukerahkan, optimal.

"Ifah, bantu kami."teriak saudariku saat melihatku muncul dari balik semak.
"Allahu Akbar... Allahu Akbar...Pergi kalian para zionis, singkirkan tangan kalian dari tubuh suci saudariku... pergi...PERGI"
Tubuhku yang mulai ringkih berusaha menghalau mereka, memaksa mereka untuk segera pergi.
Sungguh terasa tak adil.. diri ini tidak membawa satu senjatapun. Hanya ranting kecil, sama rapuhnya seperti diriku. Pertengkaran tak dapat dielakkan lagi.
Sengit.. seru .. ..seram mungkin itu istilah yang keluar jika kita menonton film tentang perang. Tapi ini bukanlah film yang pernah kutonton, ini adalah perang, ini adalah peperanganku.

"Hi ..kalian.. zionis, menyingkir kau segera dari bumi suciku ini. Takkan kubiarkan kalian
tenang disini, sampai titik penghabisanku" teriak asyah.
Sempat kuperhatikan, perlawanannya yang kuat. Asyah meronta ronta saat tangannya terikat, musuh berusaha melumpuhkannya. Tapi asyah tak mau berhenti begitu saja. Apapun ia lakukan, menggigit, menendang sampai tali ikatan tangannya terlepas. Tidak cuma-cuma ilmu beladiri yang sempat dipelajarinya, sehingga ia bisa memberikan perlawanan yang sangat tangguh.

"Zionis... takkan kubiarkan kalian merebut negriku dan menghinaku, dienku" teriak khansa.
"Ah...."terdengar juga jeritan dari saudari-saudariku. Bingung apalagi yang kuperbuat, sementara badanku yang tadinya ringkih telah kulupakan keringkihannya. Kebingunganku dan kegusaranku untuk segera mengenyahkan musuh ini lebih besar daripada rasa sakit ini.

"Allahu akbar.." walau hanya berbekal ilmu karate asal china yang kami pelajari baru beberapa bulan, kami tetap maju, menyerang musuh dengan itu.
"Musuh masuk benteng, musuh masuk benteng....."terdengar teriakan dari bukit tempat benteng kami berdiri. Hah, apa yang bisa kulakukan, disini, masih memerlukan bantuan, bagaimana disana???

"tidak ya Rabbi apa yang ana lakukan"
"ifah, anti tetap disini, ana akan menengok keadaan disana"
Segera kuanggukkan kepala ini, menyetujui kalimat saudaraku untuk tetap disini. Tak lama asyah pergi, musuh makin memperkuat perlawanannya.
"Ah.. apa arti peluh, apa arti sakit ini, dan apa arti kerinduanku untuk tidur di malam yang dingin ini atau dipagi hari yang masih gelap ini, cukuplah ALLAH pelindungku, cukup cinta ALLAH tujuanku, semoga dengan diri ini melakukan ini, ALLAH menggolongkan diri ini ke dalam golongan hamba-hambanya yang dicintaiNYA"

Kuteruskan perjuanganku.
Terdengar kembali semak semak yang terganggu dengan langkah kaki. Muncul dibalik semak,
asyah sudah datang kembali membantu kita.
"Keadaan di benteng , aman. Saudara kita sudah bisa mengatasinya, bagaimana dengan dirimu
ifah", tanya asyah

"saya baik-baik saja asyah, musuh telah pergi, mungkin ini hanya tuk sejenak, tapi yah lumayan untuk istirahat kita" jawabku.
Kami berdua pun terdiam sejenak sembari waspada melihat musuh yang mungkin hendak menyerang
kembali.
"IFah, lihat, musuh ukhti!!, mereka datang membawa pasukan yang lebih banyak lagi", teriak asyah.

Sempat lemas badanku, apalagi mendengar jumlah yang dikatakan asyah yang tidak sedikit, "
bagaimana dengan sakit perutku... perih ya ALLAH, rupanya istirahat memunculkan sakitku ini,
ya ALLAH sakit, sakit... kuatkan diriku ya RABB ku".
Tenaga kami yang masih tersisa, kami gunakan untuk menghadapi musuh kami. Yah benar asyah, musuh kali ini lebih banyak daripada sebelumnya, rupanya, musuh yang mundur, bukan berarti mundur selamanya, ia memanggil teman- temannya untuk memperkuat pasukannya.

Allahu AKbar.. allahu akbar..allahu akbar,,,... maju ukht, maju ukh.............priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttttt..............

suara pluit yang dibunyikan pengawas kami telah kami dengar, seiring itu terdengar juga bedug adzan subuh, yang mengisyaratkan pada kami saatnya sholat subuh. Perang telah usai, tepatnya latihan perang.

Memang di negeri kami belum ada perang, perang fisik, latihan ini hanya sebagai perwujudan rasa simpati kami kepada saudara kami di palestina, IRAK, atau di bumi - bumi ALLAH lain, untuk menegakkan dien kami. Hanyalah simulasi, dimana rasa sakitnya belum, atau jauh dari kenyataan.

Banyak hikmah yang dapat diambil dari ini, perang, berarti tak ada lagi ketenangan tuk kita, tenang tidur, tenang untuk belajar, tenang untuk makan atau tenang untuk merasakan hal-hal yang mungkin kita anggap asyik. Sepatutnya kita mensyukuri apa yang kita peroleh sampai hari ini, nikmat sehat, nikmat kebebasan dari penjajah, nikmat belajar, bekerja dan kenikmatan kenikmatan lainnya yang mungkin sangat susah dirasakan oleh saudaraku yang di negerinya sedang tertindas.

Walau kita disini tidak perang secara fisik, tapi kita tetap perang dengan hawa nafsu kita, karena sesungguhnya perang yang paling besar adalah perang melawan hawa nafsu. Saudaraku, kita tak pernah tahu sampai kapan kita diberikan ALLAH kebebasan ataupun kehidupan, maka berbuat baiklah dan isilah tiap waktu- waktumu dengan kebaikan - kebaikan yang akan menjadi bekalmu di akhirat. semooga kita bisa bertaubat akan kesalahan -kesalahan kita, taubatan nasuha, taubatan yang sungguh-sungguh, tuk kembali lagi ke jalanNYA.

Mungkin esok tak ada lagi waktu saudaraku,
mungkin esok, tak ada lagi kebebasan untuk kita.
Seiring doa untuk saudara-saudaraku yang sedang berjuang, semoga ALLAH melindungi kalian dan
selalu bersama kalian. syahid adalah tujuan :)